Sabtu, 24 April 2021

HMJ Matematika FMIPA UNM Merayakan Hari Kartini Dengan Bedah Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”

 

Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar (HMJ Matematika FMIPA UNM) menggelar Bedah Buku dalam rangka memperingati Hari Kartini, secara daring melalui Zoom, Sabtu (24/04).

Bedah buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait perjuangan R.A. Kartini sehingga dinobatkan sebagai salah satu sosok penting dalam emansipasi perempuan di Indonesia. Di samping itu, bagaimana kita sebagai mahasiswa perlu memahami esensi dari perjuangan beliau. 

Bedah buku ini berlangsung dengan membahas 'Kenapa Kartini?’ dengan pemateri Citra Widyasari S selaku Anggota Organisasi Kemasyarakatan Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI) Sulawesi Selatan.

Pemateri dalam bedah buku ini menjelaskan bahwa pada saat itu, R.A. Kartini berasal dari keluarga yang paling menunjang dan maju dibanding keluarga lain. Beliau lahir di era penjajahan 1879, dimana tidak adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di masa itu pula, perempuan tidak diperbolehkan sekolah ataupun bekerja karena orang beranggapan bahwa cita-cita perempuan adalah menjadi seorang istri. 

Berangkat dari hal tersebut, beliau berpikir terhadap berbagai masalah termasuk tradisi feodal yang menindas, pernikahan paksa dan poligami bagi perempuan kelas atas dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Pemikiran tersebut dituliskan dalam beberapa surat yang kemudian dikirimkan kepada teman-teman Belandanya.

Dalam bedah buku ini, juga berlangsung tanya jawab dan sharing dari peserta mengenai buku tersebut. Melalui sesi tersebut, Sri Maryuni meminta tanggapan dari pemateri terkait istilah 'perempuan sebagai budak laki-laki' yang terdapat di dalam buku.

“Di dalam buku, ada kalimat yang menyatakan perempuan sebagai budak laki-laki, bagaimana tanggapan kakak terkait kalimat itu?”  tanya mahasiswa Pendidikan Matematika Angkatan 2019 tersebut.

Menanggapi hal itu, pemateri menyatakan bahwa ia tidak setuju akan pernyataan tersebut sebab setiap orang memiliki hak dan kebebasan sendiri.

“Tidak ada satupun orang yang bisa dijadikan budak, setiap orang punya hak, kebebasan dan privasinya masing-masing. Tetapi pada saat itu, sistem perbudakan memang sedang marak yaitu ketika hak perempuan berada di tangan laki-laki, ketika laki-laki berkuasa atas ekonomi maka mereka berkuasa atas segalanya,” jawabnya.

Pemateri juga menyebutkan sosok yang membantu R.A. Kartini dalam meningkatkan martabat perempuan pada saat itu, seperti Mr. Abendanon dan kerabatnya yang ada di Belanda.

“Adapun pihak-pihak yang membantu Kartini yaitu Mr. Abendanon dan teman-teman Belandanya. Dimana surat-surat Kartini dikirimkan kepada teman-teman Belandanya dan dibukukan oleh Mr. Abendanon karena melihat kata-kata Kartini yang penuh makna,” lanjutnya.

Sejalan dengan cita-cita R.A. Kartini, Nur Ikhsan Ismail bertanya mengenai hal kecil namun berdampak besar yang dilakukan oleh beliau dan penerapannya oleh perempuan di zaman modern ini.

“Apakah ada hal kecil yang dilakukan oleh R.A. Kartini yang mungkin memberikan dampak yang besar pada masa itu? Jika ada, apakah masih ada perempuan di zaman sekarang yang melakukan hal kecil tersebut?" tanya  mahasiswa asal Pinrang tersebut.

Mengenai hal itu, pemateri mengatakan bahwa hal kecil yang dilakukan Kartini yaitu berpikir, menghayati diskriminasi yang terjadi pada saat itu, ulet menulis dan membaca buku yang dimiliki serta mengirim surat. 

“Hal tersebut merupakan hal kecil yang tanpa disadari memberikan dampak besar," jelasnya.

Lebih lanjut, perempuan yang telah menempuh pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu mengungkapkan visi misi Kartini dalam buku tersebut yaitu bagaimana perempuan pada saat itu bisa memiliki banyak pilihan, tidak hanya menjadi seorang istri.

“Tidak ada alasan untuk tidak berjuang karena ada banyak usaha-usaha yang dapat mendobrak permasalahan tersebut,” tuturnya.

Mengutip dari salah satu surat R.A. Kartini untuk Prof. Anton pada 4 Oktober 1901, yang menjadi surat menarik bagi Nurul Hidayah, Ketua Bidang Keilmuan HMJ Matematika FMIPA UNM, dimana R.A. Kartini tidak berniat untuk menjadikan wanita sebagai saingan laki-laki dan tidak melakukan kewajiban yang diserahkan alam sebagai seorang wanita. Berikut kutipannya :

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama,”(*)


Buka Komentar

0 comments